Sebuah Renungan, “Perayaan Tahun Baru”
Senin, 31 Desember 2012
0
komentar
Sejarah “tahun baru” masehi
Sejak Abad ke-7 SM bangsa Romawi kuno telah memiliki kalender
tradisional. Namun kalender ini sangat kacau dan mengalami beberapa kali
perubahan. Sistem kalendar ini dibuat berdasarkan pengamatan terhadap munculnya
bulan dan matahari, dan menempatkan bulan Martius (Maret) sebagai awal
tahunnya.
Pada tahun 45 SM Kaisar Julius Caesar mengganti kalender tradisional
ini dengan Kalender Julian. Urutan bulan menjadi: 1) Januarius, 2) Februarius,
3) Martius, 4) Aprilis, 5) Maius, 6) Iunius, 7) Quintilis, 8) Sextilis, 9)
September, 10) October, 11) November, 12) December. Di tahun 44 SM, Julius
Caesar mengubah nama bulan “Quintilis” dengan namanya, yaitu “Julius” (Juli).
Sementara pengganti Julius Caesar, yaitu Kaisar Augustus, mengganti
nama bulan “Sextilis” dengan nama bulan “Agustus”. Sehingga setelah Junius,
masuk Julius, kemudian Agustus. Kalender Julian ini kemudian digunakan secara
resmi di seluruh Eropa hingga tahun 1582 M ketika muncul Kalender Gregorian.
Januarius (Januari) dipilih sebagai bulan pertama, karena dua alasan.
Pertama, diambil dari nama dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua ini, satu
muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang. Dewa Janus
adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju
tahun yang baru. Kedua, karena 1 Januari jatuh pada puncak musim dingin. Di
saat itu biasanya pemilihan konsul diadakan, karena semua aktivitas umumnya libur.
Di bulan Februari konsul yang terpilih dapat diberkati dalam upacara menyambut
musim semi yang artinya menyambut hal yang baru. Sejak saat itu Tahun Baru
orang Romawi tidak lagi dirayakan pada 1 Maret, tapi pada 1 Januari. Tahun Baru
1 Januari pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM.
Sebuah Renungan, “Perayaan Tahun Baru”
Ditulis Oleh Al Ustadz Qomar ZA, Lc.
Anda ikut merayakan tahun baru,
mengikuti siapa?
Perayaan tahun baru ternyata bukan sesuatu yang baru, bahkan ternyata
itu adalah budaya yang sangat kuno, beberapa umat melakukan. Perayaan itu,
diantaranya adalah hari raya Nairuz, dalam kitab al Qomus. Nairuz adalah hari
pertama dalam setahun, dan itu adalah awal tahun matahari. Orang-orang Madinah
dahulu pernah merayakannya sebelum kedatangan Rasulullah. Bila diteliti
ternyata ternyata itu adalahhari raya terbesarnya orang Persia bangsa Majusi
para penyembah api, dikatakan dalam sebagian referensi bahwa pencetus
pertamanya adalah salah satu raja-raja mereka yaitu yang bernama Jamsyad.
Ketika Nabi datang ke Madinah beliau mendapati mereka bersenang–senang
merayakannya dengan berbagai permainan, Nabi berkata: ‘Apa dua hari ini’,
mereka menjawab, ‘Kami biasa bermain-main padanya di masa jahiliyah’, maka
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah
telah menggantikan untuk kalian dua hari itu dengan yang lebih baik dari
keduanya yaitu hari raya Idul Adha dan Idul Fitri. [Shahih, HR Abu Dawud
disahihkan oleh asy syaikh al Albani] Para pensyarah hadits mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan dua hari yang sebelumnya mereka rayakan adalah hari Nairuz
dan hari Muhrojan [Mir’atul mafatih]
Di samping majusi, ternya orang-orang Yahudi juga punya kebiasaan
merayakan awal tahun, sebagian sumber menyebutkan bahwa perayaan awal tahun
termasuk hari raya Yahudi,mereka menyebutnya dengan Ra’su Haisya yang berarti
hari raya di penghujung bulan, kedudukan hari raya ini dalam pandangan mereka
semacam kedudukan hari raya Idul Adha bagi muslimin. Lalu Nashrani mengikuti
jejak Yahudi sehingga mereka juga merayakan tahun baru. Dan mereka juga
memiliki kayakinan-keyakinan tertentu terkait dengan awal tahun ini. [Bida’
Hauliiyyah]
Tidak menutup kemungkinan masih ada umat-umat lain yang juga merayakan
awal tahun atau tahun baru, sebagaimana disebutkan beberapa sumber. Yang jelas,
siapa mereka?, tentu, bukan muslimin, bahkan Majusi penyembah api nasrani
penyemabah Yesus dan Yahudi penyembah Uzair.
Jadi siapa yang anda ikuti dalam
perayaan tahun baru ini?
Lebih dari itu, ternyata perayaan tahun baru ini telah dihapus oleh
Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, bukankah anda ingat hadits di atas?, Nabi
menghapus perayaan Nairuz dan Muhrojan dan mengganti dengan idul Fitri dan
Adha.
Lalu, kenapa muslimin menghidup-hidupkan sesuatu yang telah dimatikan
Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam. Kata Ibnu Taimiyyah, Allah
Subhanahuwata’ala mengganti (Abdala) konsekwensi dari kata Abdala (menggati)
adalah benar-benarnya terhapus hari raya yang dulu dan digantikan dengan
penggatinya, karena tidak bisa berkumpul antara yang menggati dan yang
digantikan.
Tapi, kenyataannya justru tetap saja umat ini merayakan tahun baru,
melanggar sabda Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, sungguh benar berita
kenabian Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam
“Benar-benar kalian akan
mengikuti jalan-jalan orangyang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal,
sehasta demi sehasta, sehingga bila mereka masuk ke lubang binatang dhob
(semacam biawak), maka kalian juga akan memasukinya. Kami berkata: Wahai
Rasulullah Yahudi dan nashrani? Beliau berkata: Siapa lagi?.” [shahih, HR al
Bukhori Muslim dan yang lain]
Kaum muslimin…
Belum lagi, apa yang mereka lakukan dalam perayaan tahu baru? Bukankan
berbagai kemungkaran yang sangat bertolak belakan dengan ajaran agama. Kalau
anda dari jenis orang yang pobhi dengan ajaran agama, saya katakan, bukankah
dalam acara itu banyak terjadi hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan,
abad, sopan santun, kehormatan jiwa dan berbagai kemuliaan-kemualiaan yang
lain.
Hampir semua atau semua yang terjadi adalah kerendahan dan kehinaan
martabat manusia apalagi martabat muslim. Tentu kita semua, saya dan anda dan
mereka, sebenarnya menyadari akan hal itu, lalu kapan kita akan
meninggalkannya, mengapa masih saja memeriahkan acara tersebut, tidakkah kita
kembali saja kepada kehormatan kita dan kemulian kita serta tentunya ajaran
agama kita.
Bersihkan dari bercak-bercak perayaan tahun baru, joget, pentas musik
yang identik dengan kerendahan moral, minuman-minuman keras dan obat-obat
terlarang, pembauran antara lawan jenis yang merusak moral, sampai pada pesta
hura-hura dengan pakaian minim, pamer aurat, pacaran dan perzinaan, apakah kita
menginkari terjadinya hal itu?
Berbagai sumber berita menyebutkan bahwa penjualan alat kontrasepsi
baik kondom atau yang lain meningkat tajam dari tahun ke tahun menjelang
perayaan malam tahun baru. Miris, kenyataan yang memperihatinkan, inikah moral
bangsa kita, dimana susila dan dimana ajaran agama? Bila anda seorang muslim
atau muslimah tidakkah takut dengan ancaman Allah Subhanahuwata’ala , Nabi
shallahu alaihi asallam bersabda:
”Tidaklah nampak pada sebuah daerah zina dan riba melainkan mereka
telah menghalalkan adzab Allah untuk diri mereka” [Hasan, HR Abu Ya’la, al
Hakim dan dihasankan oleh Asy Syaikh al Albani]
Juga, …
“Tidaklah tampak pada suatu
kaumpun perbuatan keji (zina, homoseks) sehingga mereka menampakkannya
melainkan akan menyebar ditengah-tengah mereka penyakit-penyakit yang tidak
pernah ada pada umat sebelumnya” [Sahih, HR al Baihaqi, disahihkan oleh asy
syaikh al albani]
Saudaraku muslim…Saudariku muslimah…Masihkan anda akan menodai diri
anda….
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk
hati mereka mengingat Allah Subhanahuwata’ala dan kepada kebenaran yang telah
turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya
telah diturunkan AlKitab kepadanya (Yahudi dan Nashrani), kemudian berlalulah
masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di
antara mereka adalah orang-orang yang fasik.[QS :al Hadid:16]
Ingat, liang lahat menunggu kita semua…
Wassalamu alaikum…
Sumber : http://www.salafy.or.id/sebuah-renungan-perayaan-tahun-baru
Diambil dari: https://kaahil.wordpress.com/2012/12/31/renungan-tahun-baru-2013-menurut-islam-makna-tahun-baru-sejarah-tahun-baru-hukum-perayaan-awal-tahun-baru-artikel-tahun-baru-1-januari/
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Sebuah Renungan, “Perayaan Tahun Baru”
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://newherbalsehatdanhalal.blogspot.com/2012/12/sebuah-renungan-perayaan-tahun-baru.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar